23/06/18

Mari Berkontemplasi


Untuk saat ini, kuasaku hanyalah pada keinginan untuk belajar tentang arti keikhlasan. Banyak orang dengan mudahnya mengatakan dirinya “ikhlas”, namun hatinya menolak. Hatinya berseberangan dengan perkataan yang barusan mereka bebaskan. Aku yakin bahwa bukan itu ikhlas yang dimaksud. Bahkan aku sendiri belum begitu paham tentang makna ikhlas yang ikhlas. Aku hanya melakukan. Semoga Tuhan selalu menunjukkan jalan.
Berhenti. Bagaimana rasanya mengubah langkahmu yang telah sebegitu jauh untuk memutuskan memutar arah? Bagaimana rasanya bila kamu harus berhenti di titik di mana kamu tak tahu banyak tentang kondisi di sekelilingmu? Bagaimana jika pada titik ini teman perjalananmu memutuskan untuk meninggalkanmu? Padahal masih ada puluhan ribu langkah yang harus kalian tempuh untuk menuju titik yang sama-sama kalian inginkan?
Dia pergi. Sosok terbaik itu harus pergi saat ini. Dan kamu?
Baiklah. Sekarang kita sama-sama bermuara. Nahkoda itu memutuskan untuk menepikan kapalnya masing-masing. Namun sayangnya kita tak berlabuh pada kota yang sama, kita tak berada pada tanah yang sama, tepatnya kita saat ini benar-benar berseberangan. 
Ya, kamu menepi di sana, mungkin selamanya. Dan kuharap kamu akan selalu baik-baik saja. Kamu telah memutuskan terlebih dahulu untuk tak lagi berada dalam lingkaran yang telah kita cipta. Kamu mungkin akan menemukan seorang terbaik untukmu. Kamu temukan hari baru yang akan membuatmu merasakan suka duka menjadi orang baru. 
Buatmu. Kalaupun kamu sedang sedih saat ini, akan ada seseorang yang menenangkanmu. Memapahmu dalam langkah dari kondisimu yang tak mampu berjalan menjauhi kesedihan. Kalaupun kamu sedang menyesal saat ini, akan ada dia yang berbaik hati padamu. membawakanmu senyum semangat hingga kamu benar-benar melupakan penyesalan yang berkepanjangan. 
Aku. Ya, aku berusaha untuk bahagia. Ketika melihatmu bahagia. Tetaplah berjuang. Di kehidupan barumu. Tak akan aku campuri urusanmu, apalagi sampai kuganggu. Sekarang hanya ada kamu yang semakin pergi, dan aku yang harus semakin rela bahwa kamu tak akan pernah kembali ke sini. Ke semenanjung hati ini.
Ya. Aku siap patah hati.

-Ikrom Mustofa-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...