18/02/18

Baiknya Kita Cukupkan Sampai di Sini


Awalnya, aku selalu mengharapkan. Bahwa semesta akan turut mendukung. Jika sakit selalu ada obatnya, maka masalah apapun selalu ada solusinya. Selalu ada jalan keluar terbaik dari sekian banyak pilihan-pilihan yang pada akhirnya akan menguatkan. Akan membuat lebih tegar.

Namun ternyata keputusannya ialah harus menepi. Setelah aku harus mempertimbangkan jauh-jauh hari. Memilah baik dan buruknya. Aku harus berhenti. Memaksa diriku sendiri untuk berhenti jatuh cinta kepadamu. Ada yang harus kuikhtiarkan dan kuusahakan dalam hidup. Kali ini ialah tentang memaksa perasaan untuk tak lagi tumbuh sekenanya. Harusnya aku sadar diri, menyadari apa-apa yang boleh tumbuh, boleh berkembang, dan boleh bertahan. Menyadari apa-apa yang harus dipaksa hilang, dan harus dibuang jauh-jauh dari dalam dada dan perasaan.

Ialah kamu saat ini. Aku kehilanganmu. Aku harus merelakanmu jauh yang tak boleh kembali. Pergi yang tak mungkin di sini lagi. Bicara hati memang harus hati-hati. Bicara perasaan ialah ungkapan tentang aku yang harus lebih mawas diri akan kenyamanan. Sekali lagi, kamu yang nyaman buatku bukan berarti kamu sedang jatuh cinta denganku. Selama ini aku dilibatkan dalam salah persepsi soal ini. Kamu yang mengagumkan buatku bukan berarti dapat kudekati seutuhnya. Bukankah cinta tak harus memiliki.


Sudah saatnya menepi. Sudah waktunya mengatakan, “aku harus pergi.”. atau menjadi lebih kias lagi aku mengatakan bahwa aku bukanlah seorang yang tepat buatmu. bagaimana responmu? Apakah kemudian kamu merasa benar-benar bersalah, diam, atau malah kamu tetap jadi tak peka. Aku tak perlu tahu banyak soal ini. Menepi harus seutuhnya menepi. Tanpa ada lagi keraguan untuk memutuskan kondisi paling miris ini.


-Ikrom Mustofa-

1 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...