Awalnya,
aku selalu mengharapkan. Bahwa semesta akan turut mendukung. Jika sakit selalu
ada obatnya, maka masalah apapun selalu ada solusinya. Selalu ada jalan keluar
terbaik dari sekian banyak pilihan-pilihan yang pada akhirnya akan menguatkan.
Akan membuat lebih tegar.
Namun
ternyata keputusannya ialah harus menepi. Setelah aku harus mempertimbangkan
jauh-jauh hari. Memilah baik dan buruknya. Aku harus berhenti. Memaksa diriku
sendiri untuk berhenti jatuh cinta kepadamu. Ada yang harus kuikhtiarkan dan
kuusahakan dalam hidup. Kali ini ialah tentang memaksa perasaan untuk tak lagi
tumbuh sekenanya. Harusnya aku sadar diri, menyadari apa-apa yang boleh tumbuh,
boleh berkembang, dan boleh bertahan. Menyadari apa-apa yang harus dipaksa
hilang, dan harus dibuang jauh-jauh dari dalam dada dan perasaan.
Ialah
kamu saat ini. Aku kehilanganmu. Aku harus merelakanmu jauh yang tak boleh
kembali. Pergi yang tak mungkin di sini lagi. Bicara hati memang harus
hati-hati. Bicara perasaan ialah ungkapan tentang aku yang harus lebih mawas
diri akan kenyamanan. Sekali lagi, kamu yang nyaman buatku bukan berarti kamu
sedang jatuh cinta denganku. Selama ini aku dilibatkan dalam salah persepsi
soal ini. Kamu yang mengagumkan buatku bukan berarti dapat kudekati seutuhnya.
Bukankah cinta tak harus memiliki.
Sudah
saatnya menepi. Sudah waktunya mengatakan, “aku harus pergi.”. atau menjadi
lebih kias lagi aku mengatakan bahwa aku bukanlah seorang yang tepat buatmu.
bagaimana responmu? Apakah kemudian kamu merasa benar-benar bersalah, diam,
atau malah kamu tetap jadi tak peka. Aku tak perlu tahu banyak soal ini. Menepi
harus seutuhnya menepi. Tanpa ada lagi keraguan untuk memutuskan kondisi paling
miris ini.
-Ikrom Mustofa-
Semoga Allah selalu mendamaikan hatimu.
BalasHapus