04/02/16

"Jodohmu.."

Apa yang dulu tak pernah terfikirkan, kini tiba-tiba setiap hari menjadi kekhawatiran tersendiri. Bagi bujang yang sudah beranjak dewasa, bagi gadis kecil yang kini sudah berumur kepala dua, masalah jodoh adalah satu hal yang kadang jadi motivasi, kadang membingungkan, dan sering menemui kebuntuan. Menikah bukan semata-mata sedisiplin sekolah formal. Misal, setelah lulus Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas kemudian lanjut ke pendidikan tinggi, teratur sekali. Namun jodoh tak serapih itu tangga pencapaiannya. Jangankan akselerasi, menemukan jodoh tak sesimpel melakukan sistem percepatan di sekolah-sekolah pada umumnya. Ketika Jodoh adalah satu dari beberapa hal yang kita sendiri tak tahu, hanya Allah yang maha tahu.

Jodoh tak serumit itu, namun tak sebercanda buku Raditya Dika.

Hari ini, detik ini, bahkan saat mengetik tulisan ini. Dengan hapus sana hapus sini, Aku masih yakin, ada ribuan (mungkin lebih) bujang dan mbak-mbak yang belum dapat rezeki menikah, tetap setia dengan komitmennya. Memilih sendiri. Memilih menjaga apa yang ada pada diri masing-masing. Memilih untuk bilang "Kalau Mas siap, datanglah ke Ayahku", atau memilih untuk meletakkan nama Mbak-mbak itu dalam do'a sebelum benar-benar siap datang ke kedua orangtuanya.
Sampai hari ini, Akupun begitu. "Susahnya mendapatkan dia." Curhat beberapa lelaki. Bukan, hanya usahamu yang belum maksimal. Hai Mas-mas, Kita di masa depan bukanlah darimana kita berasal, namun dari kesungguhan dan kerja keras. Iya kan?. Kata beberapa rekan yang sudah menikah, berjodoh tak serumit itu, namun ini serius, bukan bercanda atau sekadar telenovela. No, ini jodoh, ini pernikahan, romantis yang dibalut niat beribadah.

Jangan terburu-buru, namun segerakanlah. Belum juga? Bersabarlah sambil terus memperbaiki diri.

Masih juga khawatir? Biasa. Di usia dimana teman-teman sebaya sudah menggelar syukuran walimatul ursy. Saat-saat dimana karib seperjuangan lebih dulu mengucap akad nikah. Bahkan hari-hari dimana postingan facebook dan instagram adalah foto bayi-bayi lucu buah hati dari rekan bermain kita dulu.
"Aku kapan?" Gumam kalian yang masih belum juga.
Agaknya melihat semua itu, masalah jodoh hanya jadi kertas putih yang semakin buram. Bukan lagi disegerakan, namun jadi terburu-buru. Itu nafsu. Hmm, diperparah dengan kita yang terlalu pemilih. Maunya banyak, tapi tak menyadari betapa kita bejibun kurangnya. Lagi-lagi Allah menyuruh kita bersabar, ya, sambil memperbaiki diri. Sambil ingat diri. Sambil tawwakal, kita mungkin ngoyo, tapi kurang do'a.

Dia datang, Insyaallah.    

Tak perlu khawatir. Bukankah Allah sudah menjanjikan. Banyak sejarah baik pada masa kenabian hingga sekarang (tentang perjodohan) yang dapat kita jadikan pelajaran. Sekali lagi jodohmu adalah cerminan dirimu. Tak perlu banyak nasihat, sebab sudah banyak quote harian, tentang jodoh lagi. Banyak diantara kalian yang tak absen dari pepatah cinta Gibran, yang selalu update tentang kata-kata Mario Teguh, yang selalu meleleh dengan cuplikan novel Tere Liye, Kang Abik, atau Asma Nadia. Segerakan, namun jangan terburu-buru. Buat yang berlama-lama dalam cinta-cintaan, romantis sebelum menikah, ah, segera putuskan dia, datangi Bapaknya, dan sambungkan kembali ikatan dalam janji suci pernikahan.

Baiklah, jodoh. Semoga buat rekan yang belum berkesempatan dan belum dikasih rezeki tentang ini, semoga kesabaran ada pada kita semua. Banyak yang bisa kita lakukan dalam masa-masa penantian. Ayo segerakan, itu berpahala. "Kamu sudah?" Mungkin setelah ini akan ada yang tanya seperti itu. Hmm, bukankah mengingatkan sesama tentang hal-hal baik adalah sebaik-baik mengisi masa penantian itu kan?.

Riau, 4 Februari 2016.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...