02/10/13

"Peka"

“Kepekaan itu sederhana, seperti engkau menyaksikan buah kelapa jatuh dari Pohonnya, lalu engkau berusaha menjadi tanah.”
Kita mungkin sering mendengar tentang sebuah hal kecil akan berdampak pada perubahan yang begitu besar. Namun sadar atau tidak sadar kita terkadang melalaikannya dengan dalih tidak adanya kesempatan, kurangnya waktu luang, atau dengan alasan banyak hal yang lebih penting yang sudah harus diutamakan.
Ada sebagian kecil dari kita, ialah mereka. Ya, Mereka yang tengah berjuang dengan hal-hal kecil dan mungkin terlihat biasa-biasa saja, bahkan tak begitu menonjol dalam sebuah komunitas. Namun ini lebih menginspirasi, lebih menjiwai dalam mengingatkan sesama, dan semoga inilah salah satu jawaban dari banyak masalah pelik Negeri ini.
Sebut saja seorang mahasiswi pendiam yang tiba-tiba mengingatkan yang lain dengan menunjuk bendera setengah tiang di lapangan kampus. Ia baru datang, sedangkan kami sudah ‘nongkrong’ cukup lama di area tersebut. Sebegini egoiskah kami? Hingga untuk menerka simbol penghargaan pada pahlawan saja sudah tak ingat lagi. Kecil memang, namun inilah bukti ‘jasmerah’ yang kadang-kadang kurang diapresiasi lagi.
Lalu, ada seorang sebaya yang ku temui beberapa kali meninggalkan kelas lebih lama dari rekan-rekan yang lain. Ternyata hanya untuk mencari puing sampah untuk kemudian membuangnya di tempat sampah. Ini mungkin sepele, namun menginspirasi.
Banyak hal lain, ya hanya hal kecil. Ketika seorang teman mengingatkan “resleting” celana yang lupa dikaitkan, ketika seorang sahabat dengan nasihat di pesan singkat, ketika rekan yang mengingatkan untuk menyempatkan makan, dan banyak hal lain yang mungkin sempat terlupakan.
Rasanya sudah cukup kita dipengaruhi oleh budaya yang semaunya sendiri, kebiasaan yang terkadang merugikan, dan rasa empati yang tak ada lagi di hati. Ada banyak referensi hal kecil yang dapat kita imitasi. Karena kita adalah bagian dari kepekaan sesama. Banyak masalah yang tak kunjung usai, banyak problema besar yang tak segera kelar. Ah, mungkin saja kita lupa akan kepekaan, maka teruslah belajar dari hal-hal kecil, bagaimanapun keadaan kita saat ini.
Tetaplah menjadi jiwa-jiwa yang peka, kawan. Jiwa yang mempelopori namun tak hendak menyaingi, yang tetap menyemangati namun tak pernah menyalahi. Maka, Jadilah secepat putri malu yang mengatup oleh sentuhan. Tetaplah menjadi sekaliber bunglon oleh rumus warna yang dimiliki, oleh keadaan yang harus membuat kita cekatan.

Karena banyak problema yang akan selalu membutuhkan jiwa-jiwa yang senantiasa memulai dari hal-hal kecil. Bismillah.

sumber gambar klik di sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...