07/01/13

Film Indonesia dan Segelintir Skenario Nusantara


Beberapa minggu lalu, negeri ini cukup ‘booming’ oleh adanya film Habibie Ainun, sebuah masterpiece perfilman Indonesia yang terilhami dari sebuah kisah anak Negeri, Rudi Habibie dan Ainun. Membludaknya penonton di berbagai bioskop di Indonesia bahkan di negara tetangga hingga jutaan penonton membuat film ini tetap hidup hingga beberapa minggu setelah tayang perdana, bahkan hingga hari ini film ini masih menjadi daya tarik berbagai kalangan masyarakat. Rasanya tidak bosan memperbicangkan skenario kisah di dalamnya hingga berulang kali dan menjadikan buah bibir di berbagai kesempatan.
Mungkin wajar, bahkan sangat wajar apabila kita cukup terlena dengan  berbagai kekayaan negeri ini. Ya, salah satunya kekayaan dalam dunia perfilman yang terus memperbaiki diri hingga mencoba untuk sejajar dengan seabreg film favorit negara lain di berbagai belahan dunia ini. Sebut saja The Raid yang menyelamatkan negeri ini dari klaim film tak berkelas, film 5 CM yang kaya makna, tetralogi Laskar Pelangi yang cukup menyita banyak pemirsa, hingga film Habibie Ainun yang sudah tak perlu ditanya lagi kualitasnya. Terlena? Benar, zona nyaman ini membuat kita cukup terlena dan terlupa sesaat bahwa tidak sepenuhnya negeri ini seindah perjalanan Film Indonesia.
Cobalah peka dengan berita di berbagai media beberapa hari terakhir. Agaknya kita harus membuka mata untuk lebih menyalurkan empati yang kita punya. Lihatlah, fenomena alam terus menyambangi negeri ini tanpa henti. Banjir di jakarta, tanah longsor di Kulon Progo, angin puting beliung, hingga beberapa gunung kembali mengeluarkan material dahsyatnya. Itu hanya beberapa contoh saja, namun dampaknya sudah lebih dari apa yang kita kira, ribuan rumah terendam banjir, puluhan manusia tertimbun longsor, bahkan banyak yang hilang belum ditemukan. Harta, jiwa, dan tahta hilang oleh amukan alam seketika itu.
Bukan hanya itu, skenario Film yang terlihat lurus tanpa cacat agaknya cukup frontal dengan berbagai fenomena sosial negeri ini beberapa hari terakhir. Harusnya kita lebih peka dengan kejadian pemerkosaan terhadap anak usia dini beberapa hari yang lalu hingga berakibat kematian. Mungkin kita cukup menghela nafas panjang dengan kecelakaan yang melibatkan putera bungsu Menko Perekonomian, bahkan pada kasusnya yang masih simpang siur. Kita juga cukup dibuat berang oleh kemiskinan negeri yang tak kunjung usai, pemerintahan yang belum juga mengayomi, pertumbuhan ekonomi yang masih berfluktuasi negatif, hingga negeri ini yang masih belum mampu berbuat banyak untuk rakyatnya.
Agaknya negeri ini butuh sejarah, sejarah bagaimana dulu membangun sebongkah pulau menjadi merah putih nan kokoh, hingga menjadikan gugus nusantara tetap bertahan sampai hari ini dalam satu kata ‘Indonesia’. Mungkin jiwa patriotisme sudah semakin terdegradasi oleh pengaruh globalisasi, namun tiada salahnya kita tetap membangkitkan nasionalisme lewat gebrakan globalisasi yang semakin merajalela tersebut. Bukan hanya ucap semata, karena banyak orang yang bisa bicara, namun ‘action’ nya nol besar. Ingatlah, kejadian beruntun beberapa hari terakhir  ini bukan hanya skenario manusia, karena ini tiada diduga kelahirannya. Cukup berhusnudzon, mungkin ini skenario Ilahi untuk membuat kita lebih sadar akan khilaf yang tercipta selama ini, hingga pada akhirnya akan ada sebuah perubahan menjadi sosok yang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...