08/01/13

"Negeriku, Bersyukur Berdiam di Semenanjung Zaman"


Sungguh, negeri ini cukup membuatku terlena akan keindahan
Ragam biodiversitas yang  tak terhitung jumlahnya
Budaya bangsa yang sarat akan estetika
syahdan kamus kekayaan alam itu hampir sepenuhnya milik negeri ini
Tak perlu berkelana jauh untuk sekedar menyaksikan terbitnya surya maupun saat ia bertemu senja
Tak usah melancong ke negeri orang untuk sekedar merasakan hawa pegunungan
Bahkan aneh rasanya andai harus mencari sesuap nasi di negeri orang

Iklim Koppen tipe ‘A’ membuat rasa nyaman itu semakin berarti saja
Di sini aku tak mengenal Palto, sebuah jubah tebal anti dingin
Cukup berbalut jaket tipis khas orang tropis untuk sekedar menghangatkan suasana
Terlahir dengan kulit sawo matang menuju kuning langsat
Hingga aku tak mengenal Apartheid di semenanjung zamrud khatulistiwa ini
Indah bukan..

Aku cukup menyebut negeri ini dengan ‘Indonesia’
Untaian cincin api yang hampir sempurna mengitari negeri
Pegunungan bukit barisan yang membuat mata enggan berpaling
Aih, indah memang, bersama jutaan umat mendiami hijaunya tanah pusaka
Mungkin mereka menyebut kita negeri semahal surga
Bahkan jutaan jiwa berharap memiliki sesuatu dari bumi pertiwi ini
Lalu, masihkah kita enggan bersyukur atas nikmatNya

Besar memang keindahan itu, sebesar, semegah, dan semulia ‘founding father’ negeri ini
Namun tak sepenuhnya indah, tidak semua sarat estetika
Bejubel hiasan negeri hanya sebatas aksesoris, berjuta keragaman hanya sebatas kebanggaan
Negeri ini seakan mati suri oleh hadirnya aktor-aktor asing
Sebatas penonton yang mungkin juga dilarang untuk menonton
Ironis, miris, namun ini adalah sebuah kensicayaan
Kita seakan terpasung oleh zaman, globalisasi yang tiada henti
Hari ini kita puas disuguhi berbagai produk globalisasi
Mungkin hari esok juga

Namun aku yakin, tidak untuk lusa
Masih banyak bahkan sangat banyak penerus negeri ini
Jutaan pemuda pribumi masih setia berburu ilmu
Ribuan dari mereka rela melanglang buana hingga ke negeri seberang
Ya, negeri ini akan tetap hidup hingga nanti

Bogor, 8 Januari 2013
Ikrom Mustofa
Sekisah Asa dalam Cita-25

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...