“jangan
berbicara makna kebersamaan, selama itu masih sebatas subyektivitas semata,
karena hidup itu sosial, maknai setiap kata hati mereka, coba berempati, dan
rasakan “feed back” nya”
Kemarin pagi kira-kira
beriringan dengan surya yang menyingsing, tepat tanggal 23 Desember 2012, kami
mahasiswa departemen GFM 48 berbondong-bondong dengan dresscode lapang menuju
lokasi departemen untuk mengikuti rangkaian Outbound GFM 48. “salam badai”
kata-kata itu cukup memotivasi setiap peserta outbound pagi itu. Kegiatan
diawali dengan pembukaan oleh kakak 47 yang juga merangkap sebagai panitia
outbound ini, kemudian kami melanjutkan kegiatan dengan mobilisasi ke lokasi
outbound setelah sarapan nasi uduk bareng terlebih dahulu. Ekstrim? Menantang?
Atau hanya sebatas outbound ‘ecek-ecek’? wah, waktu itu kami sama sekali gak
tau medan outbound seperti apa, bahkan rangkaian outboundnya saja kami gak tau
sama sekali.
Well, akhirnya petualangan pun
dimulai. Sekitar pukul tujuh pagi, kami telah dibagi menjadi lima kelompok
outbound dengan lima pos yang telah disediakan. Untuk menuju ke pos pertama,
kami harus menyusuri hutan dengan medan yang becek selepas hujan deras yang
mengguyur Bogor tadi malam. Tidak hanya itu, rute menuju pos pertama dibuat
sesulit mungkin, hingga banyak teman-teman putri mengalami kendala dalam
melewati jalan setapak itu. Namun setidaknya, jalan yang teramat sulit itu
telah menjadi prolog buat kami untuk lebih mengompakkan diri, saling membantu,
dan yang terpenting telah menguapkan rasa ego masing-masing. Alhasil ketika
hampir mencapai pos satu, badan, baju, sepatu, bahkan muka kami telah berhasil
berkolaborasi sempurna dengan lumpur. Wuih, kesan awal yang sulit dilupakan.
Ok, sampai juga di pos
pertama. Hmm. Kalau tidak salah namanya pos bambu karena memang berada di bawah
kanopi bambu yang sejuknya gak main-main. Di sana, kami telah disuguhi
permainan menarik. Ya, sebuah permainan dengan anggota empat orang dan bertugas
untuk mempertahankan bola tenis meja agar tetap seimbang di atas serpihan bambu.
Intinya sebuah permainan untuk melatih kebersamaan, team work, dan strategi.
Permainan berlangsung sekitar satu jam, dan kemudian berlanjut ke pos dua di
area perkebunan bambu.
Berbeda dengan pos pertama
yang penuh canda dan tawa, pos kedua ini agaknya lebih menantang lagi. Dengan
dukungan pohon-pohon durian yang menjulang tinggi, jadilah pos kedua ini dengan
nama pos mental. Kebersamaan hingga maknanya, kerja sama dan bentuknya, bahkan
kepribadian teman dari kelakuan, sikap dan penampilannya diuji habis-habisan di
pos ini. pos terlama menurutku, karena harus diisi dengan berbagai ‘kegalauan’
masing-masing tim untuk mengambil sebuah keputusan, kemudian harus ada sesi
memecahkan genteng di kepala sebagai wujud kebersamaan itu seperti apa dan sesi
sujud syukur yang memang benar-benar membuat diri ini bersyukur akan nyamannya
ketika dalam posisi berdiri berdiri dari apa yang kami lakukan waktu itu.
Pos kedua cukup membangkitkan
adrenalin, namun berefek pada hilangnya stamina yang kami punya. Semangat? Ya,
waktu itu semangat masih melekat sempurna pada masing-masing kami. ok, Lalu
perjalanan berlanjut ke pos ketiga yang lokasinya berjauhan dengan pos
sebelumnya. Pos ketiga ini adalah pos alumni dan lebih ‘knowledge’ banget dari
pos sebelumnya. Pos ini diisi dengan kuis menjawab pertanyaan yang mengharuskan
peserta untuk masuk ke kolam dan mengambil jawabannya di sana. Jawaban
pertanyaan tersebut ditulis di kertas yang sudah dimasukkan di dalam botol aqua
dan di luar botol tersebut juga dituliskan huruf pertama dari jawaban
pertanyaannya. Pertanyaannya beragam, mulai dari yang ilmiah seperti
pengetahuan akan awan cirrus, hingga yang neko-neko seperti pengetahuan tentang
nenek gayung. Wuih, kompetitif sekali waktu itu hingga tak sadar lagi kalau
sekujur badan sudah basah oleh air kolam. Selepas itu, kami menyempatkan diri
untuk sharing-sharing dengan alumni yang sudah banyak makan asam garam dalam
menapak jejak di GFM ini. sekarang? Jangan tanya lagi, hangatnya berita yang
menyatakan bahwa masa tunggu untuk lapangan pekerjaan bagi lulusan GFM yang
tidak kurang dari tiga bulan terbukti pada mereka yang sudah berkerja di
berbagai instansi baik pemerintah maupun swasta. Ada yang aktif di Indonesia
mengajar, BMKG, KLH, CIFOR, dan lain-lain. Tak terasa sudah satu jam lebih sharing-sharing
tersebut, kemudian perjalanan dilanjutkan kembali menuju pos empat.
Pos empat ternyata lebih
ekstrim lagi. Hadirnya beberapa alumni membuat pos ini makin penuh warna.
Mental kembali diuji, komitmen di GFM kembali dipertanyakan di sini dan kebersamaan
kami juga mulai diluruskan di pos ini. melalui serangkaian kegiatan seperti
menujuk teman yang paling dikenal hingga yang paling tidak disuka. Ya, walaupun
awalnya agak frontal namun setidaknya ini dapat dijadikan ladang intropeksi.
Hmm, beranalogi sesaat akan resleting celana kawan yang terbuka. Mungkin bagi
kita akan terasa amat canggung untuk memberitahu hal itu kepadanya, bahkan kita
takut akan menyinggung perasaannya. Namun sisi positifnya akan lebih besar
lagi, hmm, teman-teman pasti sudah tau. Ok, pos keempat diakhiri dengan makan
bawang putih mentah yang berefek bau mulut sepanjang perjalanan ke pos
terakhir.
Pos kelima kembali lagi di
sekitar Al-Hurriyah. Pos bersih-bersih namanya. Sekaligus pos untuk ishoma
karena setelah itu kita akan rehat sebentar hingga nanti malam untuk kembali
dengan pesta inagurasi.
Aku yakin, GFM memang penuh
warna, namun bukankah kumpulan warna itu akan mencipta pelangi yang indah,
lukisan yang berestetika, atau apapun itu. Hidup GFM 48, Hidup atmosfer, hidup
meteorologi Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar