08/10/12

Menyikapi Kedewasaan


Alhamdulillah, bertepatan dengan tanggal 6 Oktober, atau sekitar dua hari yang lalu aku masih bisa menghirup nafas segar hadiah dariNya saat usia tepat menginjak 19 Tahun. Berbagai pemikiran mulai bermunculan, lagi-lagi bak cendawan yang mekar di musim penghujan. Ya, seperti saat ini, musim penghujan yang membuat kota hujan basah kuyup hampir setiap hari.
Alhamdulillah ya Rabb, do’a-do’a dari orang-orang sekitar mulai berdatangan hingga wall Fb terasa penuh oleh ucapan mereka, inbox Hp juga, dan Hp juga sempat berdering beberapa kali untuk sekedar mengucap do’a di hari itu. Awalnya aku sangat tidak menyukai hari ulang tahun, apalagi ini merupakan penanggalan masehi, bukan hijriyah. Akibatnya, aku tidak pernah berucap “selamat ulang tahun” atau apapun itu kepada mereka yang tengah merayakannya. Namun siapa boleh melarang kehendak orang lain, toh mereka juga mengucap dengan harapan-harapan yang baik. “ambil sisi positifnya saja” gumamku.
Sejenak muhasabah dengan usiaku yang sudah menginjak 19 Tahun. Artinya inilah tahun ke-19 aku berada di Dunia ini. mengingat kembali perkataan ayah bahwa beliau di usia 19 Tahun ini telah melangsungkan “walimatul ursy” bersama seorang wanita yang sangat ia cintai yang tiada lain adalah ibuku. Ketika ku tanya bagaimana ia menjalani rumah tangga di usia yang masih cukup belia itu? Ayah dan ibu hanya tersenyum simpul, mungkin mereka berharap aku tidak mengikuti jejak mereka, atau mungkin mereka masih terlampau meragukan kedewasaanku hingga saat ini. banyak yang bilang bahwa ayah dan ibu di usia saat mereka menikah, mereka telah bersikap dewasa, bahkan mereka menjadi tumpuan adik dan kakak mereka. ayahku saat itu telah mahir memecahkan masalah, piawai dalam bertindak, hingga beliau juga yang mempelopori orang-orang desa untuk berangkat transmigrasi ke Riau. Ibuku? Beliau juga tidak kalah tangguh, saat masih sekolah, beliau tidak pernah luput menjadi bintang kelas, kemahirannya bermain tenis juga membawanya berjuang hingga tingkat Provinsi DIY. Beliau adalah akuntan yang super hebat dalam keadaan ekonomi yang kala itu tengah sekarat, beliau juga merupakan perempuan yang selalu menyembunyikan tetesan air matanya demi senyum keluarganya. Sungguh mereka, ayah dan ibuku adalah sosok inspiratorku hingga kini, hingga aku berhasil menapak sempurna kota hujan ini.
Bagaimana dengan Aku? Di usia 19 tahun ini aku masih merasa labil, belum tahu benar apa itu dewasa, kedewasaan dan tanggung jawab. Usia yang hampir memasuki 2 dekade ini hampir membuatku khawatir akan hari-hari ke depan. Aku sempat mengartikan bahwa saat ini dan hari-hari ke depan, aku bukan lagi anak-anak yang setiap hari meminta uang jajan kepada orang tua, aku juga sempat menafsirkan akan kedewasaan yang masih jauh di angan-angan, bahkan terfikir untuk menikah muda saja tidak. Faktanya, hingga saat ini, aku masih menggantungkan beban hidup pada orang tuaku, walaupun berbekal beasiswa Kemenag RI yang menurutku lumayan besar, namun mereka masih saja mengirimiku “uang jajan” bulanan. Selain itu, ayah, ibu, hingga keluarga besarku masih tetap saja menganggapku sebagai si bungsu yang tetaplah bungsu yang masih belia. Hal itu sempat membuatku terkekang untuk menjadi lebih dewasa.
Berbagai Ikhtiar juga telah ku lakukan untuk menumbuhkan kedewasaan  dalam diri, seperti mengikuti berbagai organisasi kampus hingga menjadi sosok leader di sana. Terkadang juga menjadi rekomender buat teman-teman, menjadi pendengar dan penyaran yang baik buat mereka yang membutuhkan. Berbagai pelatihan, seminar, dan workshop tentang dunia kedewasaan juga sering ku ikuti untuk sekedar menumbuhkan jiwa yang dewasa dalam diri.
dan akhirnya, Semoga hari ini dan hari-hari kedepan diri ini masih bisa terus meraih asa, menggapai cita dan angan untuk terus berkarya. Harapan keluarga dan orang-orang sekitar begitu besar, semoga saja tetap bisa menempuh raihan itu hingga nanti. Ibadahku, ya semuanya semoga berkah hingga dapat bernilai ibadah. Dengan tetap bermuhasabah dan berteduh sejenak dengan tawwakal padaNya di sela-sela ikhtiarku saat ini. amiin.
“dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali” (QS. Maryam : 33).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...