“maha suci Allah yang telah mencipta makhluknya, hingga
hidup saling berpasang-pasangan, saling bersaudara hingga tertuang kesan dalam
ukhuwah, saling mengenal satu sama lain hingga terhimpun kenangan indah tanpa
celah, Insyaallah”
Kalau berani ditanya benda apa yang sangat berkesan ketika
hendak mengulang kenangan indah beberapa tahun silam, tentu saja aku akan
menjawab benda itu adalah “album kenangan”. Melalui sebuah benda yang tidak
terlalu mahal harganya itu dan terkadang tidak kita hiraukan keberadaannya,
sesungguhnya telah menyimpan kenangan yang mahal bagi siapapun. Sengaja berbicara sejenak tentang “album
kenangan” karena ada suatu hal yang mengingatkanku akan benda itu lagi.
Senja itu. Hmm, tepatnya senja yang kelewat malam, dan
bertepatan pula dengan suasana “lebaran” hari pertama. Aku menyempatkan diri
untuk bertemu dan bersilaturahmi dengan teman sewaktu masih duduk di Sekolah Dasar dulu, hingga
menyempatkan diri pula untuk berkunjung bersama mereka ke rumah guru-guru kami.
Sebut saja beberapa temanku itu hasrul, seorang calon “bintara” (insyaallah,
baarakallah yaa), kemudian ada Slamet, seorang pekerja keras yang berbadan
gimbal, Ayu Lestari, dulu sewaktu kecil hobi mencubit teman namun sekarang
feminin abis, dan Apriyadi, cowok bersuara serak yang sedang kuliah di Jogja.
Pertemuanku dengan mereka diawali di rumah salah seorang
guru kami. Sebut saja beliau “Ibu Sungkem”. Sebuah nama yang menurutku sesuai
dengan sifatnya yang pemaaf (sungkem= minta maaf. Jawa*). Di sana kami disuguhi
dengan hidangan khas lebaran, sama seperti di rumah-rumah lain kala suasana
lebaran menjelang. Awalnya kami saling mencurahkan kesan pribadi masing-masing selama
beberapa tahun terakhir tentang karir, kuliah, dan kegiatan rutinitas. Kemudian
dilanjutkan dengan mengulang memori delapan tahun silam, mengulang kebersamaan
di sana bersama 42 siswa SD angkatanku. Aku dan beberapa temanku itu hanya
dapat mengulang kembali beberapa memori masa silam itu. Selebihnya mungkin
sudah terbuang dari “hipotalamus” ini.
Hingga akhirnya, terbersit niatan oleh ibu guru kami yang
sungguh berjiwa keibuan itu untuk menunjukkan album kenangan miliknya yang di
dalamnya berisi foto-foto kami saat itu. Ia pun beranjak berdiri, dan beberapa
saat kemudian ia telah datang kepada kami dengan “album kenangan” di tangannya.
Dengan begitu antusias, kami pun segera berebut untuk melihat lagi kenangan
masa lalu yang tertuang dengan gamblang di dalam beberapa album foto warna krem
sejuk itu. Dimulai dengan halaman pertama, suasana gelak tawa pun tercipta
serentak. “ini slamet bukan, kok beda sekarang ya?” sela salah satu temanku. “hei,
dari dulu aku tetap saja hitam” slamet mengakui juga. Dan banyak lagi celoteh di
sela-sela pemandangan foto kami yang masih lugu itu. Hmm, baru satu halaman ya,
nggak nyangka kelamaan bukanya. Kemudian dilanjutkan halaman berikutnya dan
berikutnya. Kadang gelak tawa tercipta, namun terkadang haru itu berkelabut
dalam canda kami. Hingga akhirnya kami berhasil mengingat seluruh anggota angkatan
kami melalui “album kenangan” itu. Kami berhasil mengenali mereka, berhasil menyebutkan
status mereka, apakah masih kuliah, sudah kerja, belum menikah, sudah menikah,
hingga yang telah memiliki anak sekalipun. Lengkap sudah memori kenangan malam
itu.
Hmm, tak terasa ternyata sudah satu jam lebih kami berada di
rumah Ibu guru penuh petuah itu. Akhirnya kami mohon diri untuk melanjutkan aksi
silaturahim di suasana lebaran yang penuh berkah itu.
*Tulisan ini sengaja ku dedikasikan buat 41 sahabat
seangkatan di SDN 010 Silikuan Hulu. Semoga kalian masih tetap ingat dengan
kebersamaan dan kenangan masa kecil kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar