22/04/18

Berhenti Menunggu


Apa yang kemudian membuatmu betah berlama-lama dengannya. Dengan kepastiannya yang tak kunjung tiba. Ia membuatmu menunggu lama. Tak hanya itu saja, ia telah mencipta sepotong waktu yang di dalamnya kamu terjebak dengan segala rupa, paras, kharisma, bahkan sikapnya. Jelas saja, kamu sedang berada dalam hubungan yang tak baik. Ia bebas menebar perasaannya pada siapa saja, sedang kamu terus saja mencoba untuk mengeja aksara setia.

Karena menunggu tentu ada batasnya. Segala sesuatu bahkan harus dipastikan keberadaannya. Termasuk soal hati dan perasaan. Apakah masih bisa bermuara, menetap sementara atau selamanya, atau bahkan harus pergi dan menepi saat ini juga. Kita manusia, memberi jeda pada waktu untuk bisa sabar menunggu adalah satu aktivitas yang tetap harus dihadiahi kepastian. Kamu terus memberi ruang hati padanya, sedang ia bahkan acuh tak acuh akan kehadiranmu.

Sudahilah. Walaupun rindu ialah tentang hati, namun kamu harus tetap menggunakan logika. Tak ada lagi yang harus didekati, kecuali kamu yang harus segera memutar haluan. Membiarkan ia terbang sendiri dalam pengembaraannya adalah keputusan terbaik saat ini. Dia juga mungkin tengah mencari teman perjalanan, namun tentu itu bukan kamu.

Berhentilah. Sosok yang kamu harapkan menjadi teman terbaik di masa depan harus segera pupus. Sedikit demi sedikit kamu harus melupakannya. Ia tengah berharap seorang lain akan ada di kehidupannya. Bukan kamu, seorang yang ia lihat hanya sebagai teman. Sebatas teman. Tidak untuk teman hidup.

Karena bagaimanapun, Tuhan telah menciptakan hamba-Nya berpasang-pasangan. Seorang terbaik untukmu telah ada dan menunggumu di sana. Dekatilah dengan usaha dan doa. Sembari kamu memulihkan hati dan perasaanmu untuk segera melupakan dia yang kini akan segera bersanding dengan orang lain. Percayalah, orang baik akan dipertemukan dengan orang baik. Tetaplah berbuat baik.



Belanda, April 2018.

1 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...