12/09/17

Sebuah Prosa dan Memoar Perjalanan.


Untukmu yang tengah berbahagia dengannya saat ini.

Prosa terakhir ini. Dan aku tak tahu lagi kapan akan memulai menulis kembali. Esok, lusa, atau malah tidak sama sekali. Sampai detik ini pun, aku masih tetap sadar, bahwa kamu punya andil besar dalam tulisan-tulisanku. Kamu penyumbang perasaan yang akan tetap terkenang dalam tulisan-tulisan.

Prosa terakhir ini. Adalah puluhan ribu kata yang telah tercipta sebelumnya. Ada kamu di sana. Sebagai bentuk senyuman yang terjelma dalam kata-kata. Sebentuk semangat-semangatmu yang terabadikan dalam frasa-frasa. Sebentuk kepribadianmu yang terpatri dalam ungkapan-ungkapan kalimat cinta. Dan aku menikmatinya. Sampai hari ini. Sampai detik ini.

Prosa terakhir ini. Adalah sebentuk perasaanku padamu. Ia tertanam dalam hati. Ia terus bertumbuh walau aku sudah benar-benar mencegahnya untuk hidup. Tapi kamu tak perlu khawatir, walaupun ia tumbuh, namun kupastikan ia akan baik-baik saja. Aku hanya berdoa, semoga perasaan ini akan segera menemukan kamu yang baru. Menemukan orang baru yang membuatku percaya pada dirinya. Membuatku percaya akan cinta dan tak pernah satu kali pun membandingkannya denganmu. Sebab setiap orang baru adalah istimewa. Mencintainya adalah apa adanya. Mencintai kelebihannya, terlebih dengan kekurangan yang ada dalam dirinya. Sesuai katamu, kita hanya butuh saling melengkapi, tak melulu tentang membohongi diri sendiri. Dan aku percaya itu hingga hari ini.

Buatku, pelajaran hidup tak harus tentang keberhasilan memperoleh hal-hal yang kita inginkan. Lebih dari itu, kegagalan, kehilangan kesempatan, bahkan keharusan untuk memutar arah perjalanan juga bagian dari pelajaran hidup yang amat berharga. Setiap pohon selalu dengan waktu berbunga masing-masing. Kamu tak bisa memaksakan Nagapuspa berbunga setiap harinya, ia bahkan hanya mampu mencipta bunga-bunga puluhan tahun sekali. Namun ia istimewa, ia selalu tegar dengan dirinya sendiri. Kamu tak bisa memaksa mawar berganti aroma melati. Ia tercipta selalu dengan alasan-alasan tersendiri.

Begitu pula. Setiap orang selalu dengan cerita masing-masing. Tentang bertemu seseorang. Tentang menyatakan perasaan. Tentang menjadi sepasang yang saling diam namun ternyata saling mengagumi. Tentang seorang yang amat perasa yang kemudian bertemu dengan seorang yang tak peka. Tentang perihnya dikecewakan, pedihnya dikhianati, dan sakitnya ditinggal pergi. Tentang kita saat ini, kamu yang kemudian harus bersama orang lain, dan aku yang perlahan harus benar-benar melupakan.

Baiklah, cerita-ceritaku, ceritamu, cerita kita semua mungkin hampir sama. Setiap orang yang berjuang dengan perasaan selalu punya kesamaan dengan apa yang orang lain rasakan. Namun sungguh, apa yang tengah kita alami, ialah kita sendiri yang menjalani. Semua cerita kita hanya terlahir untuk kita. Yang pada akhirnya hanya meminta kita untuk mampu menjalaninya semua. Untuk mampu menjadi kita yang lebih dewasa menyikapinya.


Pada akhirnya tak ada. Selain mengabadikan semuanya menjadi pelajaran terbaik.


Belanda, September 2017
-Ikrom Mustofa-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...