Aku
sadar, jarak-jarak fisik sering kali mengurangi rasa yang pernah ada. Pada satu
hal, ia tergerus oleh kondisi tak saling mengerti, salah persepsi, dan salah
mengartikan. Maksudmu benar, dan mungkin maksudku juga tak salah, namun
penyampaian yang kita lakukan, cara yang kita utarakan tak selamanya tepat.
Kita sering kali menjadi orang yang saling menyalahkan satu sama lain.
Bisakah kita berdamai dengan
kondisi ini?
Aku
jatuh cinta padamu dengan cara seperti ini. Dengan banyak hal yang berbeda
dengan kebanyakan orang. Aku tengah mendamaikan diriku sendiri bahwa jatuh
cinta harus diperjuangkan. Harus ada salah satu yang mengalah, dan itu adalah
aku. Walaupun harus menanam baik-baik, yang mungkin harus rela memanen sakit
hati, aku tak mengapa. Pasti ada masa di mana ungkapan tentang apa yang kita
tuai ialah berasal dari apa-apa yang kita tanam akan menjadi berlaku untuk
persoalan jatuh cinta ini.
Berbulan-bulan
aku semakin sadar bahwa penantian, pengharapan, dan perjuangan ini semakin
besar saja. Aku bahkan tak menemui jeda sedikitpun. Sesekali aku terpuruk,
namun pada akhirnya selama berbulan-bulan ini aku semakin dewasa dengan
pelajaran-pelajaran. Aku semakin dekat dengan-Nya lewat doa-doa.
Aku banyak merangkai aksara
untukmu lewat doa.
Harus
kuakui, bahwa harapan untukmu sudah banyak kusampaikan lewat doa. Bicara pada
perasaan. Bicara pada hubungan makhluk dengan sang pencipta. Kata-kata yang
terbebas yang jauh lebih menenangkan.
Walaupun
pada akhirnya kamu tak juga berubah, aku masih selalu yakin bahwa Ia maha
mengabulkan doa.
Dan aku
masih selalu dekat dengan doa-doa.
-Ikrom Mustofa-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar