Bila
rindu ditanam. Bila cinta dijatuhkan. Bila perasaan dibebaskan. Aku hanya satu
daun gugur di atas tanah-tanah basah. Pada ranting meranggas. Pada langit yang
kelam akan medung-mendung warna kelabu. Sesekali berangin. Sesekali mencekam.
Sepi yang tak tahu diri. Hanya udara dengan bahasanya masing-masing.
Bila
aku terhempas. Aku hanyalah daun yang rindu berdekatan dengan ranting.
Memandang dunia dari ketinggian. Sejajar dengan camar. Sejajar dengan
awan-awan. Langit yang sesekali menghitam. Adalah tempat bermain paling
mengasyikkan.
Sekarang,
jatuh adalah aku. Terhempas adalah aku. Dan dihujani bongkah-bongkah salju juga
adalah aku. Dunia yang luas tak lagi jadi pengibur kala senja tiba. Rerumputan
yang kata mereka teman baik, nyatanya mereka cukup angkuh sekarang. Aku bahkan
tak punya ruang sama sekali.
Inikah
rasanya merindumu. Aku kini benar-benar belajar untuk merindumu. Dari kejauhan.
Dari titik di mana jatuh adalah keniscayaan. Dari tempat di mana bagiku hampa
adalah hal biasa. Tanpamu. Hanya ada segala konspirasi bahwa kamu tengah jauh
saat ini, kita tengah terpisah ratusan kota, dan kamu yang makin jauh dari kata
peka.
Inikah
rasanya merindumu. Aku hanya berjibaku dengan diriku sendiri. Tanpa banyak
teman. Tanpa banyak perjalanan. Kamar adalah tempat terbaik. Padahal ia sering
membatasi mimpi-mimpi. Jendela adalah tempat bersemedi paling mujarab. Padahal
ia kerap kali asing. Memberiku isak tangis yang tiba-tiba datang tanpa tahu
nama dan alamat asalnya.
Inikah
rasanya merindumu. Aku makin kering. Dahaga yang bercampur dengan kehilangan
tenaga. Aku rentan pada pertahanan yang tak mampu lagi kuciptakan. Ia habis
pada upayaku berjuang akan kerinduan. Jauh yang memilukan ialah rindu yang
melemahkan. aku rindu padamu, namun aku tak tahu banyak cara terbaik untuk
berdamai dengan semua ini.
Inikah
rasanya merindumu. Kehilangan siasat untuk melakukan banyak hal. bernapas namun
aku mati suri. Berjalan namun aku kosong. Mataku yang melihat namun tak selalu
mampu menyimpulkan. Ada ketakserasian pada indra-indra yang mencipta resah
berkepanjangan.
Namun sayangnya kamu mungkin
tak merasakan hal yang sama.
Aku
membenamkan diri. Daun yang berupaya melesap menuju tanah-tanah. Berharap tanah
yang segera basah, kemudian menimbun. Kemudian memastikan bahwa daun telah usai
dengan ceritanya. Cerita penat yang diterbangkan ke sana kemari oleh angin.
Mirip kapas, yang ringan tak punya pendirian. Apakah semua daun gugur ingin
segera selesai dengan ceritanya?
Aku
daun. Gugur di tanah. Namun aku tak ingin ini semua cepat-cepat selesai.
Menikmati hari-hari bersama kerinduan adalah hal penting yang perlu dijaga. Aku
tengah belajar merindumu. Belajar yang tak ada habisnya. Selalu ada hal-hal
baru di atas apa-apa yang telah kita pelajari.
-Ikrom Mustofa-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar