09/12/16

Kita, Rindu, dan Kesepakatan Waktu

Bagaimana rasanya berpisah sementara waktu?

Aku mengulang-ulangi kalimat itu sampai terdengar basi. Namun aku tak pernah bosan. Yang ku rasakan, jauh adalah nestapa bagi dua orang yang tengah menemukan kenyamanan satu sama lain. Yang ku rasakan, jauh adalah rentan yang makin rapuh. Dan yang ku rasakan, jauh adalah waktu yang harus sama-sama kita sepakati.

Berpisah sementara waktu? Kemudian yang tersisa adalah rindu dari berbagai macam jenisnya. Ketika aku berjalan sendiri di kompleks pertokoan, ku temui dari kejauhan perempuan mirip senyummu. Kemudian ia hilang oleh kerumunan, dan parahnya yang tersisa adalah rindu, dan itu menyesakkan. Seketika pikiranku melayang padamu, rindu yang kemudian menerjemahkan ingatan-ingatan. Aku ingat es krim kesukaanmu. Kalau kamu ada di sini, pilihlah es krim yang kamu mau, sepuasnya, ada banyak varian rasa yang dapat kamu coba.


Berpisah sementara waktu? Dan aku ialah khayal yang tak sampai rampung. Membayangkan pertemuan, membayangkan banyak hal. Dan aku makin tersiksa. Apakah yang jauh harus selalu kita? Kemudian rindu jadi semacam tendensi yang membuat kita terserang virus aneh bernama lemah. Lalu apakah jauh yang kita maksud adalah semacam konspirasi agar kita saling menyepakati waktu? Entahlah, aku juga tengah belajar untuk bisa jauh yang menenangkan.


Bogor, beberapa hari sebelum pindah ke Negeri van Orange.
-Ikrom Mustofa-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...