22/06/16

“Yang Menjadi Kamu saat Bersamaku”

(1)
Pada waktu yang kemudian
Kita menyebutnya senja
Kamu takut pada gelap
Katamu sendiri
Kecuali, kalau bersamaku

(2)
Menyusuri jalan setapak
Menyibak rerumputan
Bercumbu dengan pematang
Menghirup dalam-dalam
Anyir senja berarak malam

Katamu itu kegemaranmu
Lagi-lagi kalau bersamaku

Sering aku tak habis pikir
Semua mauku, tetiba jadi kesukaanmu
Semua inginku, mendadak kamu setuju
Kamu kuncup kembang
Menunggu rintik hujan
Sedang aku buih
Lautan tengah mempermainkanku

kita
Yang ku tahu mungkin
Perasaan tak pernah mengenal alasan

(3)
Sampai pada satu senja
Aku berhenti pada suatu persimpangan
Kamu juga
Aku merapal do’a dalam-dalam
Lewat lisan
Kamu merapatkan kaki
Menyilang tepat di hadapku
Serta menengadahkan tangan

Kita cawan-cawan pengharapan
Pada do’a, pada nila yang hendak dibasuh nodanya

(4)
Memberanikan diri bertanya sekali lagi
Kepadamu adalah bukti pemberhentianku selanjutnya

Risau yang keping darah
Menyatu menggumpal menyebar
Dalam tubuh keberanian berbicara
Bahasaku jasad kemarin sore
Tiba-tiba bisu, seketika kehilangan napasnya

(5)
Kamu mendekat, memelukku erat-erat
Tanpa kata-kata

Pergi bagimu elang
Menukik lembah kehidupan
Membubung tinggi menembus awan-awan mimpi
Bebas membelah dunia semaumu

Tapi bersamaku,
Bagimu adalah merpati
Setia menghadap senja
Pada pondok kecil di ujung kearifan

Gelap yang kau takutkan
Ialah endapan-endapan kekhawatiran
Pada riak sungai kehidupan
Yang tiba-tiba memisahkan

Siapa?
Salah satu di antara kita
Yang harus menghadap sang pencipta lebih dahulu



Bogor, 22 Juni 2016

-Ikrom Mustofa-


1 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...