09/06/14

"Menjadi Angin"

Menjadi angin.

Menjadi angin yang menyejukkanmu, namun tak pernah sampai menemuimu, apalagi bertatapan denganmu. Menjadi angin yang bisu, namun semilirnya cukup gamblang membahasakan rasa pada jiwa. Menjadi angin yang sunyi senyap, namun aromanya cukup lengkap menyatukan hasrat yang terjaga.

Kamu tak perlu tahu banyak tentangku. Aku takut, khawatir, bahkan mungkin bisa dikatakan bimbang. Aku takut pada apa yang ku perbuat, kemudian merusak arti ketulusan memberi. Aku khawatir kalau-kalau ada lagi bilik hati yang menghitam karena cela. Terlebih ini adalah kebimbangan seorang anak manusia yang hendak berbuat baik, namun tak pernah sampai pada kadar keikhlasan.

Biarlah kamu tak mengenalku. Cukup aku yang dengan teratur mampu menuliskan namamu. Menjadi angin yang membuatmu bertahan. Kalau ada waktu, cobalah pejamkan matamu, temui aku sebagai angin. Walaupun kamu tak sempat melihat, namun merasakannya adalah hak setiap manusia. Karena pada banyak kesempatan, menerima ialah tentang apa yang dia lakukan, bukan siapa yang melakukan.

Mengajakmu berbicara. Untuk apa, belum waktunya bercerita banyak hal. Kalau benar aku adalah angin, cobalah juga menjadi angin. Hingga kita mampu berbicara, dengan bahasa kita, dengan diam yang saling memahami. Hingga ketika waktunya nanti, kita akan bersatu, dengan arah dan kecepatan yang sama. Biarlah kita meliuk bersamaan, mendaki gunung-gunung tanpa henti, menuruni lembah, memecah samudera, atau kita berdiam sejenak bersamaan. Menjadi angin, kita nanti masih bebas menyejukkan siapa saja, memberi mereka kesempatan untuk merasakan indahnya berbagi.

Menjadi angin, menjadi kita yang bebas memberi, pada siapa saja. 


1 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...