06/05/14

"Selepas Hujan"



Selepas hujan adalah tentang daun-daun yang berguguran. Keberpisahan yang tak pernah diharapkan, namun benar-benar terjadi. lupakan aku, begitu kata daun yang jatuh. Bagaimana aku melupakan, sedang aku masih melihatmu terhempas oleh serakan daun yang lain, kata daun yang masih bertahan di ranting. Kamu tahu, dua daun yang tak pernah saling menyangka. Kamu yang jatuh, atau aku yang akan gugur lebih dahulu, begitu kata mereka.

Masihkah kamu ingat? Perpisahan mungkin menunggu kita, menanti aku yang pergi, atau kamu yang harus kembali terlebih dahulu.

Adalah tentang debu-debu yang menguap, hilang seketika. Ada yang berterbangan tak beraturan, ada yang terjatuh bersama butiran hujan. Melebur bersama tanah, menjauh, mengikuti aliran, hingga hujan usai. Selepas hujan adalah tentang mengikhlaskan kepergian, merelakan perpisahan. Basah, sebasah naungan dan ujung-ujung dahan. Lemah, terasa begitu lelah. Ini memang melelahkan, siapa yang hendak berlama-lama membersamai perpisahan, tidak ada.

Selepas hujan adalah tentang angin yang tiba-tiba pergi, membawa uap yang kasat mata. selepas hujan adalah api-api penghangat badan yang tiba-tiba mati, menyisakan arang yang hanya sebentar, kemudian berubah menjadi abu. 

Selepas hujan adalah kamu yang tiba-tiba datang ke rumahku. Ada apa? Ujung-ujung rokmu basah, jilbabmu juga terlihat basah dari kejauhan. Sebelumnya kamu tak pernah datang, apalagi sampai menemuiku di rumah. Namun aku belum juga peka, tak segera mengerti, ternyata kamu datang untuk pergi. Kamu berpamitan, namun diam. Tak pernah sesulit ini mengucapkan kata-kata. Aku menyerah, pergimu adalah daun yang gugur, namun aku lebih merasakan jatuhnya. 

Hari ini, melepas hujan, melepas pula kepergianmu. Namun kenapa air matamu masih tetap mengalir, adakah rindu yang belum tersampaikan? Bicaralah, walau itu menggantung. Terselesaikan atau tidak, itu masalah hati. Biarkan hati yang mengurusi kalau-kalau masih ada rasa yang tersisa diantara kita. Aku biasa, tegar, dan tetap tersenyum. Walaupun aku tak mampu menatap pasang mata milikmu berlama-lama.

Selepas hujan, segera melihatmu pergi. Aku, kamu, dan waktu yang begitu singkat. Lupakan saja, katamu. Namun melupakan adalah mengingatmu berkali-kali kuatnya. Biarkan ia berjalan adanya, sampai nanti hujan turun lagi. Hingga nanti suatu ketika, tiba-tiba kamu datang kembali ke rumahku, atau aku yang memohon berteduh di rumahmu. Atau mungkin kita sudah punya hujan masing-masing, hujan di kota masing-masing. Aku dengan kamu yang lain, dan kamu dengan aku yang lain pula. 


Bogor, April 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...