07/03/13

"Lelah Ini Belum Seberapa"



Pernah suatu ketika, diri ini merasa begitu lelah, lelah tiada tara. Subuh tadi selepas sholat subuh tidak sempat lagi membaca qur’an barang seayat saja, hmm, untuk sekedar muraja’ah beberapa surat yang ku hafal selama di pondok dulu saja harus menunggu seminggu sekali. Astaghfirullah, ini begitu duniawi, ini begitu melemahkan diri, bahkan lebih tepat dikatakan terlalu cinta dunia. Ya, lelah hari tadi tiada tara rasanya, berbeda dengan hari lain yang masih bisa ditolerir. Semoga lelah tadi dapat menggantikan rasa apapun itu.
Kenapa harus beranalogi jauh-jauh, coba belajar dari sosok awan. Mau awan apa? Cumulus, stratus, nimbus, atau cirrus. Ah, semuanya indah dengan estetikanya masing-masing, semuanya cerah dengan albedonya masing-masing, semuanya bergerak, berkolaborasi, bahkan terkadang menyebar rebah dan bangkit. Mungkin perlu diketahui kalau cirrus itu awan romantis dengan letaknya diujung troposfer, cumulus itu awan dahsyat dengan kepulan menjulangnya. Ah, lelah terasa menguap andai mampu merasakan horison warnanya, helai-helai sayapnya, ataupun kilau-kilau sentuhannya lewat retina kita. subhanallah, sungguh kemahakauasaanNya mampu membuat kepulan putih itu begitu mempesona.
Belajar dari sosok awan, belajar untuk malu dengan awan, mereka menggantung, bahkan tiada sempat lagi untuk bersandar pada hijaunya padang rumput, namun mereka masih tetap sanggup bergerak, bahkan terus bergerak untuk sekedar nomaden, berekspansi, hingga berkolaborasi dengan awan lainnya.
Belajar dari sosok awan, mungkin tak terasa oleh kita butiran air yang jatuh ke Bumi hingga membasah kuyupi tubuh kita. ah, tak terasa beratnya, karena hanya air yang menitik lemah. Namun takkah kita sadar bahwa kumpulan, jutaan, bahkan butiran yang tak terhitung jumlahnya itu awalnya terkandung oleh sang awan. Berat, hingga harus menahan, namun ia sungguh sabar menunggu angin, hingga titik-titik air itu terkurangi.
Belajar dari sosok awan, tinggi tak membuatnya tinggi hati, letaknya tak berbuah sombong, meganya tak berarti ia segalanya. Adakalanya ia begitu merendah, adakalanya ia tetap melindungi sosok lain, berbagi rasa tepatnya.
Belajar dari sosok awan, ah, tak perlu lagi bergumam akan mendung, tak perlu lagi berkeluh akan kesah, bahkan apapun itu. Sebab hadirnya akan selalu mengundang rasa syukur atas segala nikmatNya.
Belajar dari sosok awan, lewat diamnya, lewat indahnya, lewat sejuknya..
Akhirnya, lelah yang mana lagi hendak dikeluhkan, masih ada Allah yang selalu bersama kita. belajar dari sosok awan, belajar untuk menyikapi hidup, semoga berkahNya selalu tercurah.

di sudut kampus..
 Bogor,, sesaat sebelum hujan
 Mendung, namun tetap indah
 ia tetap menyembul indah, menggoda..



"Sesungguhnya dalam dalam penciptaan langit dan bumi.silih berganti malam dan siang, bahtera yang berlayar dilaut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segalah jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memirkan." (QS. Al-Baqarah: 164).

1 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...