“adakalanya perlu meneladani sosok angin, namun jangan
sampai lupa bahwa ia hanya berbagi rasa tanpa menampakkan muka. Terkadang perlu
belajar dari indahnya pelangi, hingga tak terlupa lagi bahwa hadirnya karena
ada butir-butir hujan.”
Angin juga bermain rasa, terkadang sayup-sayup meniup
dedaunan hingga semilir jadinya, terkadang lebih kencang hingga meniup sempurna
nyiur di tepian samudera, namun terkadang guncangannya begitu hebat hingga
merusak semua yang tiada terlewat olehnya. Andai angin menjadi teladan, cukup
sepoi yang ku harapkan, cukup semilir yang ingin ku bagikan, hingga mereka terasa
sejuknya tanpa harus menerka sesiapa pencipta rasa itu, sebab pangkalnya ada
pada rahmatNya.
Menjadi sosok pelangi juga harus dengan genggaman rasa, rasa
untuk berbalas budi, bertukar jasa, hingga sekedar berucap terima kasih. Ia hadir
dengan sosok hujan dan butirannya, serta oleh kilau surya yang merekah dalam
bias warna. Ah, andai pelangi menjadi teladan, sombonglah raga ini jika tak
dapat mengingat kembali sosok-sosok berjasa di balik raihan selama ini. mungkin
ucap terima kasih belum mampu membalasnya, namun kebaikan dan keikhlasannya
akan lebih mencukupi dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar