18/07/12

Rihlah Penuh Kesan


Hujan di senja ini turut menyumbangkan kesanku selama beberapa hari di ma’had tercinta. Kali ini aku dapat dengan bebas memandang kubah emas masjid Madrasi yang terpaut indah dengan menara tunggal berwarna krem sejuk itu sembari mendekapkan kedua tanganku yang kedinginan. Dulu selama menjadi bocah berkopiah dan bersarung itu aku tak sempat lagi menikmati peristiwa sebebas senja ini. Masa belia dengan bejibun aturan itu terkadang membuatku kewalahan hingga tak bebas lagi bercumbu dengan alam dan menghirup udara penuh cinta seperti sekarang. Namun aku yakin itulah proses pendewaaan hingga aku menjadi seperti sekarang ini.
Kebanyakan santri pondok pesantren di sini telah pulang ke rumah masing-masing karena adanya agenda menyambut bulan suci ramadhan. Hanya beberapa dari mereka saja yang masih bermukim di sini. Walau hanya sehari, namun sungguh aku tak dapat melupakan kesan bersama mereka, bahkan aku masih tetap mengingat itu semua. Mengingat mereka dengan kebaikan-kebaikan tentunya. Ah, andai aku menjadi mereka, tentu aku belum mampu menyambut sebaik itu seorang alumni yang tak sefenomenal alumni yang lain.
Sebuah kenyataan bahwa aku akan merasa sejuk dan nyaman andai memandang panorama pegunungan seperti yang biasa ku lihat di puncak Bogor, namun kali ini aku juga merasa nyaman, bahkan lebih nyaman dari sebelumnya menurutku. Bukan kerena pegunungan atau sejuknya suasana, namun karena mereka. Mereka yang sempat menghujani kesan yang sungguh sangat berkesan. Seperti hujan di senja ini, sederhana namun tiada pernah usai.
Aku banyak bercerita tentang kota hujan itu kepada guru-guruku yang lazimnya dipanggil dengan sebutan ustadz dan ustadzah, mengadu kepada mereka seputar Indeks Prestasiku yang mulai membentuk pola seismograf, hingga berdiskusi tentang projectku nanti saat mengabdi. Alhamdulillah, mereka turut mendukung niatan ini. Pagi tadi, ya sehabis sholat subuh, tak lupa ku sempatkan ‘sowan’ dengan kyai, mengadu keluh kesah selama studi, hingga mendengarkan nasihat penuh arti dari Kyaiku. Rasanya pagi itu tak ingin ku lewatkan begitu saja. Ditemani temaram ufuk venus di timur sana dan dengan sejuknya embun pagi sehabis sholat subuh, ku nikmati perbincangan hangat itu dengan kyai pondokku.
Ah, tak terasa senja ini berujung pada adzan magrib di masjid madrasi. Segera ku langkahkan kakiku menuju tempat wudhu untuk segera bergabung dengan jamaah sholat magrib. Hujan masih tetap deras, sepi mulai melanda. Insyaallah nanti akan ku ramaikan lagi. Bismillah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...