Pagi itu kebetulan hujan
Waktu paling tepat untuk bisa bertemu
Bertemunya air laut dengan langit
Bertemunya rintik hujan dengan dedaunan rimbun
Bertemunya remah tanah dengan celana jeans biru milikku
Dan yang terpenting
Ialah bertemunya aku dengan dirimu
Kita bersamaan menepi
Dari hujan dan juga kerumunan
Bukan di Malioboro yang sering berteman ibu paruh baya
penjual ingkung burung
Bukan di Pasar Bogor yang sesak manusia dan sayuran segar
Kita menepi di toko buku tua
Aku menyebutnya surga dunia
Mungkin kamu juga
Perkenalan yang diawali lewat buku sastra
Aku lupa penulisnya siapa
Kamu tersenyum, mengartikan pertemuan sebagai sebuah
kebetulan
Kebetulan yang menyatukan, membenarkan takdir, menyebut
campur tangan tuhan
Hmm, benar juga
Dasar gadis sastra, penggemar hiperbola, tapi selalu jadi
padi dalam bicara
Lalu kita berpisah, bertukar surel, bertukar nama pena
Dasar gadis sastra, selalu unik caranya berbagi nama
Tapi aku suka
Gadis sastra yang jujur pada kata-kata
Bogor, 25 Mei 2016
Sumber gambar: bintang.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar