Adakah kiasan yang lebih lembut dalam memahami perasaan
seseorang tanpa membuatnya kalut. Katanya hati tak pernah bersudut. Siapapun
berhak menjemput. Ia pun bisa saja menuntut, atau malah manut dan menurut. Empati
dan simpati tak pernah terhenti pada sebab-sebab yang membuat takut. Atau alibi
yang kamu maksud. Pencitraan yang tak tersebut.
Mungkin Kita hidup di zaman yang serba mencurigai. Hingga
sedikit sekali perasaan saling menghargai. Kata-kata yang terurai. Atau benci
yang semakin curam tak landai. Bagaimana kamu mengkhawatirkan jiwa yang tengah
berandai-andai. Cukupkah dengan senyum atau itu palsu yang membantai.
Jika kamu tak benar-benar benci. Buktikan dengan kebaikan
yang tak bertendensi. Lakukan dengan hati. Dengan perasaan yang tak berpikir
dua kali. Jangan pernah ragu dengan suara di sana-sini. Mereka hanya butuh
waktu mengerti. Atau tak perlu mereka mengerti. Cukup semesta yang mengamini.
Itu sudah lebih dari mengembalikan semangat esok pagi. Tuhan maha peduli.
Jika kamu benar-benar lelah. Rehatlah dan selalulah
mengalah. Mencoba tersenyum walau kadang harus menipu raut wajah. Berbanggalah,
karena tak ada gundah, apalagi resah. Hanya sesekali naik darah, namun tak
sampai benar-benar meluapkan amarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar