07/07/14

"Pencitraan"

Adakah kiasan yang lebih lembut dalam memahami perasaan seseorang tanpa membuatnya kalut. Katanya hati tak pernah bersudut. Siapapun berhak menjemput. Ia pun bisa saja menuntut, atau malah manut dan menurut. Empati dan simpati tak pernah terhenti pada sebab-sebab yang membuat takut. Atau alibi yang kamu maksud. Pencitraan yang tak tersebut. 

Mungkin Kita hidup di zaman yang serba mencurigai. Hingga sedikit sekali perasaan saling menghargai. Kata-kata yang terurai. Atau benci yang semakin curam tak landai. Bagaimana kamu mengkhawatirkan jiwa yang tengah berandai-andai. Cukupkah dengan senyum atau itu palsu yang membantai. 

Jika kamu tak benar-benar benci. Buktikan dengan kebaikan yang tak bertendensi. Lakukan dengan hati. Dengan perasaan yang tak berpikir dua kali. Jangan pernah ragu dengan suara di sana-sini. Mereka hanya butuh waktu mengerti. Atau tak perlu mereka mengerti. Cukup semesta yang mengamini. Itu sudah lebih dari mengembalikan semangat esok pagi. Tuhan maha peduli.

Jika kamu benar-benar lelah. Rehatlah dan selalulah mengalah. Mencoba tersenyum walau kadang harus menipu raut wajah. Berbanggalah, karena tak ada gundah, apalagi resah. Hanya sesekali naik darah, namun tak sampai benar-benar meluapkan amarah.

Terima kasih. Mungkin untuk pencitraan yang tanpa pamrih.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...