03/08/13

"Traveling? Why Not!"

Kalau ada yang tanya sejak kapan aku menyukai traveling? Maka jawabannya adalah sejak aku mulai mengenal banyak hal tentang Negeri ini. Sungguh merupakan anugerah ketika dilahirkan di Negeri beribu pulau, beratus budaya, bahasa, bahkan dengan ikon biodiversitasnya. Seorang Claudia Kaunang dalam bukunya yang berkisah tentang traveling membuat sebuah ungkapan, kira-kira begini bunyinya, “Pergilah melihat dunia karena dengan itulah kita baru bisa mensyukuri negeri sendiri!”. Nah, awalnya aku acuh saja dengan lingkungan sekitar, namun setelah menyempatkan diri berkeliling ria dengan berbagai kesempatan, barulah potensi untuk lebih menghargai kearifan lokal itu semakin meningkat. Mencintai hal baru itu mungkin indah, namun mengambil pelajaran dari hal lama itu jauh lebih indah.
Sejak masuk kuliah, hobi traveling ku semakin menjadi saja. Mulai dari ikut berbagai kegiatan yang notabenenya harus keluar wilayah Bogor, ikutan konferensi ke Luar Negeri, atau sekedar jalan-jalan dengan sesama penikmat traveling. Tidak ada ruginya, karena apapun tujuannya, di manapun destinasinya, pasti akan selalu melahirkan banyak hal baru, kesan baru, kejutan, dan pelajaran. Tentu saja banyak hal yang ku dapat dari ber-traveling, mulai dari pengalaman yang tak terlupakan, barang-barang aneh sampai yang istimewa, hingga teman-teman baru yang berasal dari bermacam-macam daerah bahkan hingga berbagai Negara. 

“Link-think-sink”.

Wanna be a true traveller? Don’t worry, there are so many advantages. Faktanya, menjadi penikmat perjalanan itu sangat menguntungkan. Ketika kita tersadar bahwa ‘link’ itu adalah suatu keharusan. Relasi menjadi lebih terekspansi salah satunya ketika kita mampu menjelajahi banyak daerah, mengenal budaya, adat, dan kebiasaan daerah yang kita kunjungi, bahkan suatu kesempatan emas apabila kita mampu berkomunikasi baik dengan warga asli daerah tersebut. Ini adalah suatu upaya untuk menempatkan diri kita sesuai keadaan dan menjadikan kita lebih arif menyikapi keberadaan. Karena sikap menghargai terkadang lahir oleh beberapa perbedaan yang mengistimewakan masing-masing peran.
“Think Globally, Act Locally”. Begitu kira-kira sebuah quote yang sering didengung-dengungkan banyak orang. Nah, berfikir global salah satunya didapat dengan melakukan sebuah rihlah (red. Perjalanan). Banyak pengalaman di luar sana yang membuat kita berfikir lebih banyak. Inilah saatnya mengeksplor buah fikiran kita untuk kemajuan negeri ini. Artinya, perjalanan kita tiada sia-sia bukan?
Kalo ‘sink’ itu secara harfiah artinya menenggelamkan. Nah, maksudnya di sini adalah bagaimana kita menenggelamkan ego dan sifat sombong dalam diri ketika melakukan perjalanan. Coba deh rasain sendiri, ketika kita melakukan perjalanan panjang, seperti mendaki gunung, beramai-ramai mengunjungi pulau, atau sekedar ikut studi keluar untuk beberapa waktu lamanya, perlahan-lahan rasa ego itu terkikis, bahkan sama sekali tak terlihat. Ini disebabkan oleh kesamaan nasib yang membuat segalanya harus dikerjakan bersama-sama. Secara tidak langsung ini mengajarkan kita arti kebersamaan dan prinsip toleransi dengan sesama.
Hmm, itu tadi beberapa kesempatan emas bagi kita yang masih menyempatkan diri menjadi penikmat perjalanan.
Aku sendiri begitu menikmati perjalanan. Apapun alat transportasinya dan kemanapun tujuannya. Banyak hal baru yang bisa dipelajari lewat perjalanan. Aku mempraktikkan sholat jama’ qasar ketika safar (red. Perjalanan), menjadi penikmat senja di atas awan, terkadang larut dalam euforia perjalanan di balik kaca bus, sering pula cemas gak ketulungan ketika berada di dalam pesawat, hingga beberapa kali menikmati surya terbenam di atas kapal dan di negeri orang.
Intinya ikhtiar, karena hakikat manusia itu berusaha dan melakukan yang terbaik.
Intinya tawwakal, karena Allah SWT adalah pencipta skenario maha hebat.

Bismillahi tawwakaltu ‘alallah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...