25/05/13

"Resesif?"

Aku menyebutnya resesif, sifat yang kalah
Sebab ini adalah bagian dari pengakuan yang membisu oleh suasana
Jujur, engkau hendak berkilah
Menolak menurutmu tak hendak menyelesaikan masalah
Engkau mungkin hendak menawarkan, namun kaku oleh kemudi raga
Ah, lagipula tiada hasrat lain kecuali tenggang rasa
“lalu kenapa aku harus berpikir macam-macam, tergantung niatnya saja.” Ejamu gontai

Suatu ketika dua sahabat tengah beradu argumen,
“kenapa harus membiarkan wanita dengan lelahnya saat perjalanan?”
“karena untuk menjumpainya takut berbuah fitnah.”
“tak ibakah engkau, lupakah dengan hakikat memuliakan wanita?”
“banyak caranya saudaraku, bukankah dengan membiarkannya berarti kita telah memuliakan dirinya. Ia berjalan lambat sebab fikir tengah beradu dengan suasana, ia mungkin menolak tawaran sebab tak hendak melukai nama kita.”

Resesif?
engkau berhak berkilah, aku juga
sesiapa terkadang ingin dominan
seorang lelaki dengan pendirian, dengan kepastian pandang
dan keputusan yang meyakinkan
seorang wanita dengan penolakan indah, penerimaan yang suci
atau cukup diam tanpa menghendaki peran
kini saatnya memutuskan
resesif yang membuang wibawa
atau dominan yang memuliakan


*ku dedikasikan untuk banyak sosok yang sejatinya ingin saling memuliakan satu sama lain. Sebab memuliakan tak harus menemani atau menjumpai, namun terkadang diammu telah cukup memuliakan dirinya.

Baarakallahu fik..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...