Ketika
harus memilih,
Terkadang
engkau lebih memilih bunga mawar dari pada duri-durinya
Sebab
ia mewangi dan tak hendak menyakiti
Sebab
ia mewarni dan penuh pesona
syahdan
ia banyak dicari dari pada dihindari
Namun
engkau harus tahu hakikat duri yang menguatkan diri
Penampang
tegar dan tak pernah menghindar
Tentang
sosok tajam namun tak pernah menikam
Ya,
dialah rupanya yang terkadang menyeringai landai
Begitulah
hakikat ujian dan nikmat kawan,
Terkadang
kita lebih memilih nikmat-Nya hingga berujung pada syukur
Dari
sebuah ujian yang membuat kita harus bersabar
Mungkin
pernah kita terlena dengan skenario syukur
hingga
kita lupa oleh rasa menjaga fisik, hati, dan lisan dengan bersabar
Namun
yakinlah, keduanya membuatmu kuat
Hadirnya
mereka turut membuatmu tegar
Bukankah
untuk mewarnai hidup tentu dengan sabar dan syukur?
Maka
terimalah,
Andai
engkau beroleh senang, maka cukupkan ia dengan syukur
Sebab,
barang siapa bersyukur, sungguh syukur itu untuk dirinya sendiri
Lalu
saat engkau bertemu dengan masa sulit, maka maknailah dengan sabar
Hingga
engkau tetap bersabar dengan sebaik-baik kesabaran
Laksana
dua sisi mata uang, keduanya saling berbagi nilai
Satu
sisi akan memberi harga sisi lainnya
Hingga
akan terasa makna perjuangan sebenarnya
Oleh
indahnya hakikat nikmat dan ujian
Oleh
dahsyatnya makna sabar dan syukur
“Sungguh mengagumkan perkara seorang mukmin. Sungguh seluruh perkaranya
adalah kebaikan baginya. Yang demikian itu tidaklah dimiliki oleh seorangpun
kecuali seorang mukmin. Jika mendapatkan kelapangan ia bersyukur, maka yang
demikian itu baik baginya. Dan jika ia ditimpa kemudaratan/kesusahan ia
bersabar, maka yang demikian itu baik baginya.” (HR. Muslim).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar