Minggu ini tepat dengan kali ke-13 aku kuliah di semester 3,
artinya tinggal satu minggu lagi masa belajar di semester ganjil di IPB. Minggu
ini pula bertepatan dengan 2 minggu kepulanganku dari Melaka, malaysia. Sungguh,
beberapa saat ini kesibukan itu begitu memberatkan. Banyak nasihat untuk tidak
terlalu “ngoyo”, tapi rasanya beberapa waktu terakhir ini nyantai-nyantai aja. Hmm,
tertarik juga dengan nasihat seorang sahabat “kamu ingin sukses, namun kamu tidak
mau melewati jalannya, sama saja kapal berlayar di daratan”. Ya, benar sekali.
Pasca UTS ini serasa terburu-buru dengan berbagai deadline. Tugas
yang menumpuk dan harus kesana-kemari untuk menyelesaikannya, laporan yang
super “riweuh”, dan kegiatan lapang yang gak henti-henti. Priyo, ketua angkatan
GFM 48 pernah bilang kalau GFM itu anak lapang banget. Yups, gak salah,
terbukti minggu-minggu terakhir ini praktikum lapang banyak banget. Sebut saja
Praktikum Pengantar Ilmu Tanah yang harus mendaki gunung (pake angkot maksudnya),
lalu praktikum Dasar Agronomi yang harus nomaden dari lahan satu ke lahan yang
lain, ditambah dengan Fieldtrip Oseanografi ke Pelabuhan Ratu yang cukup
mengurangi nilai albedo kulit, serta praktikum Mekanika Fluida yang cukup puas
menyusuri sungai. Fiuh, capek juga. Tapi setidaknya aku bisa meluangkan waktu
untuk merefresh kembali berkas-berkas rumus di otak ini. :D
Selain kegiatan praktikum, minggu-minggu terakhir ini
dihabiskan dengan kegiatan makrab forces di Puncak, setelah sebelumnya
melancong singkat di Melaka, Malaysia. Sesaat benar-benar menikmati berbagai
aktivitas ini, namun setelah itu kembali harus berjuang untuk memperbaiki
nilai-nilai UTS yang kurang memuaskan. UAS yang menentukan, ditambah dengan
Ujian Praktikum yang semoga saja dapat membantu memperbaiki nilai. Hmm, bukan
hanya nilai, tapi juga prosesnya. Hehe.
Terakhir tentu saja gak Cuma bejibun usaha untuk lebih
meningkatkan semangat beberapa waktu terakhir ini yang agaknya hampir
mengendur, namun juga harus dibarengi dengan tawwakal. “muhasabah diri menghadap illahi... mudahan diberikan
kekuatan semula...”, begitu nasihat seorang teman dari
Malaysia.
Ok, akhirnya andai semangat itu belum muncul atau tiba-tiba
saja menghilang entah kemana, ingatlah, kita tidak sendiri. Masih ada sahabat
yang siap menampung curahan keluh kesah, masih ada keluarga yang tidak kalah “care”nya
terhadap keseharian kita walau mungkin kini terpisah jarak, masih ada rekan,
kakak, adik, yang insyaallah mampu membantu di kala senang atau susah. Andai mereka
belum mampu membangkitkan semangatmu, ingatlah, bukankah kita punya Allah, zat
yang menciptakan kita, yang pastinya maha tahu seluruh masalah kita. Innallaha
ma’ana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar