21/03/13

Aku dan Gebyar Prestasi Santri Se-Jawa Bali 2013

"Apa yang tersisa dari GPS-JB? Ini ternyata lebih menyisakan sebuah kerinduan untuk membangun sebuah tim yang lebih baik lagi. Memang sejak kemarin lusa kita telah melaut, meninggalkan dermaga, namun hari ini kita harus lebih jauh lagi hingga ke laut lepas sana."


Gebyar Prestasi Santri Se-Jawa Bali 2013 atau akrabnya dipanggil dengan sebutan GPS-JB sungguh meninggalkan jejak hingga hari ini, besok, dan mungkin hingga nanti. Bagiku ini sebuah kepanitiaan yang kompleks, persiapannya yang super ‘riweuh’, dan yang katanya bergerak atas dasar kekeluargaan. Berawal dari sebuah pembentukan panitia, kemudian Rapat perdana dengan jumlah panitia yang begitu memprihatinkan. Hari itu pula aku dipaksa untuk lebih jauh lagi memilah jobdesk secara ideal, menempatkan SC dengan begitu tepatnya, hingga mempengaruhi banyak anggota yang masih ‘ogah-ogahan’. Mengingat kembali sebuah testimoni yang katanya GPS itu butuh orang yang siap menangis, namun sampai 3 minggu kepanitiaan terbentuk, air mataku belum juga tumpah, bahkan hingga hari dimana acara puncak itu berlangsung aku belum juga mampu bertaruh usaha dengan air mata.
GPS-JB tidak hanya membuat sebagian orang bangkit, namun juga melatih untuk segera keluar dari zona nyaman. Banyak tekanan waktu itu, banyak yang pesimis namun ada juga yang optimis, banyak yang jatuh, menjauh, namun ada juga yang mendekat hingga menyibakkan sekat. Kepanitiaan bukan lagi berjalan, namun berlari, hingga ada sebagian yang terus-menerus maraton tiada henti.
GPS-JB semakin rapuh ketika musim ujian semester tiba, seakan gersang tanpa tajuk rindang. Waktu itu, panitia banyak yang hibernasi, aku pun juga begitu. Alih-alih sebagai syarat untuk mendapatkan nilai maksimal. Saat itu SC juga ikut rapuh, mereka penelitian, banyak yang masih di luar kota. Namun aku tetap santai, karena aku yakin nanti bakal ada yang menangis, sebab GPS-JB itu butuh sosok yang siap menangis.
GPS-JB bangkit kembali di akhir ujian, aku begitu merasakan euforianya timsus dengan semangat mereka, begitu juga dengan beberapa dengan divisi lain yang begitu keras perjuangannya. Namun tetap saja di akhir ujian itu panitia telah dibayang-bayangi oleh pesona kampung halaman, alhasil feel GPS-JB pun hilang sesaat, tepatnya mati suri untuk beberapa minggu. Tetapi yang membuatku masih sanggup menatap 2 bulan ke depan tanpa ragu ialah prospek sponsorship yang terus berjalan di waktu libur, pembagian surat ponpes yang tetap terlaksana dengan baik, dan dengan adanya divisi dana usaha yang terus mendukung aspek finansial kepanitiaan.
Hingga beberapa minggu sebelum acara puncak dimulai, banyak problema berdatangan. Kendala dan masalah layaknya jamur yang tumbuh di musim hujan saja. Mulai dari penginapan yang belum siap, ruang lomba dan seminar yang masih harus diperjuangkan, dana sponsorship yang belum satupun yang tembus, hingga berbagai konsep teknis yang masih acak-acakan. Akhirnya, rapat general pun semakin gencar saja, tim SC kembali mengeratkan panitia, dan panitia agaknya semakin tertantang untuk berbuat lebih baik. Rakor, Radiv, dan Rapim sudah menjadi aktivitas rutin pada minggu-minggu tersebut.
GPS-JB tidak hanya meluangkan waktu untuk kepanitiaan yang satu ini, benar-benar dibutuhkan jiwa yang ikhlas dalam berbuat. Kepanitiaan ini jauh lebih sulit dari sebuah event besar sekalipun, sebab terkadang kita terlena oleh makna persaudaraan dalam mengemban amanah. aku banyak belajar tentang arti memahami karakter tiap anggota CSS melalui kepanitiaan ini, aku beroleh banyak masukan dari kakak kelas melalui kepanitiaan ini, hingga tanpa sadar aku terlatih untuk memilah banyak saran, kritik, dan masukan dari mereka semua tanpa bermaksud buruk.
Bahwa beserta kesulitan itu pastilah ada kemudahan yang jauh lebih indah. Menapaki hari-hari menjelang acara puncak GPS-JB dirasa begitu berat, begitu sulit bagi teman-teman panitia, apalagi kita harus piawai dalam membagi waktu antara kuliah, tugas, laporan, dan untuk GPS-JB sendiri. Masa-masa sulit itu semakin memuncak tatkala jumlah peserta yang mendaftar masih sebatas hitungan jari, sponsor belum ada satupun yang konfirmasi, pendanaan semakin minim, bahkan hari-hari semakin dekat dengan acara puncak saja. Namun aku masih tetap bersyukur oleh kegigihan teman-teman panitia dalam menyiasati berbagai hal di dalamnya. Waktu yang semakin dekat saja dengan hari puncak tidak sepenuhnya membangkitkan semangat panitia, namun ada juga yang jatuh, ada yang hilang sesaat, ada yang mati suri dalam kepanitiaan, bahkan ada juga yang terjebak dalam banyak kepanitiaan dan organisasi sejenis, termasuk aku yang harus mengkoordinir beberapa event lain. Alhasil, GPS-JB pun terkadang menjadi anak tiri yang sudah harus ngerti dengan keadaan.
Banyak usulan yang datang, banyak masukan yang terus muncul, namun banyak juga keluhan dari teman-teman panitia. Itulah beberapa hal yang sudah menjadi modus saat beberapa hari sebelum acara puncak. Aku bahkan sampai kehilangan kendali waktu itu. Untuk mengimbanginya, Aku selalu mengungkapkan tiga kendala di setiap kumpul rapat, yaitu finansial, SDM, dan Waktu. Hal itu ku ungkapkan sebagai suatu hal untuk memotivasi teman-teman panitia agar bergerak lebih baik lagi.
Benar, kemudahan itu nyata, benar-benar hadir. Beberapa hari sebelum hari puncak, jumlah pendaftar lomba semakin banyak saja, bahkan total pendaftar mencapai 250 santri dari ponpes se Jawa Bali. Kemudian donatur juga berdatangan, sponsorship ada yang konfirmasi, penginapan tersedia, ruang seminar juga. Alhamdulillah..
Hingga hari H acara, aku lebih banyak mengamati dari pada mengerjakan sesuatu, aku lebih banyak menyemangati dari pada menjadi teknisi, karena aku tahu, panitia telah bergerak sesuai bidangnya masing-masing. Benar-benar sibuk waktu itu, dengan SDM yang terbatas, kita bergerak untuk banyak hal. Tidak menyangka akan kerja teman-teman panitia yang jauh di luar dugaan, sampai ke detail dan bentuk-bentuk terkecil yang tidak terfikir olehku.
Di kepanitiaan GPS-JB inilah aku menemukan banyak sosok yang bekerja dalam diam, aku menemukan banyak teman yang selalu bersumbang nasihat, bahkan aku menemukan sosok kakak SC yang juga kerja bersama teman-teman panitia. Di kepanitiaan GPS-JB ini pula aku telah belajar mengatur banyak hal, mencoba hal baru, berlatih negosiasi, hingga berargumen serta memutuskan masalah.
Hari H acara tidak serta merta mulus tanpa rintangan. Banyak sekali komplain dari peserta di hari-hari awal, terkait dengan penginapan yang masih bermasalah, teknis lomba yang membuat mereka bertanya-tanya, dan beberapa hal lain yang membuat mereka merasa tidak dilayani dengan baik. Namun saat itu aku merasakan fell GPS-JB di sana, teman-teman panitia begitu sigap tanpa harus dikoordinir lagi, mereka begitu yakin dengan tugas yang sudah seharusnya dilakukan. Alhamdulillah semuanya bisa diatasi.
Pelangi di sekitar ruang CCR itu begitu indah mewarnai hari awal GPS-JB. intensitas hujan yang tiba-tiba menurun juga merupakan rahmatNya akan GPS-JB ini. semua perjalanan kegiatan lancar dari awal hingga akhir, bahkan aku serasa menemukan kembali separuh jiwa GPS-JB saat euforia penganugerahan juara umum. Di sana terasa sekali antusiasme dari peserta. Terima kasih ya Allah.
Acara ini sukses bukan hanya dari rundown yang sesuai atau target peserta yang hampir terpenuhi, namun kesuksesan ini lebih dari apa yang telah kita kerjakan, apa yang telah teman-teman panitia lakukan. Pengorbanan akan GPS-JB yang terus meningkat dari hari ke hari itu sudah lebih dari arti sebuah kesuksesan.
Terima kasih banyak untuk semua panitia, SC, kakak kelas, dan seluruh anggota CSS IPB yang telah menyukseskan acara ini. aku ingat Gani yang awalnya menolak untuk menjadi sekretaris, akhirnya begitu sigap dalam mengerjakan proposal, pressrelease, dan banyak hal. Eneng yang sibuk praktikum tetap menyempatkan hadir rapat. Nita yang hebat banget dalam masalah pendanaan, mungkin hingga hari ini kamu belum sempat menangis untuk GPS-JB, atau bahkan sudah lupa cara menangis. Eva yang banyak berperan di balik layar namun tetap sigap untuk banyak hal. Kak Arif sang kadept mikat yang sering ku marah-marahi namun selalu membantu banyak hal, begitu juga dengan ketua CSS IPB yang pernah ku omeli habis-habisan namun tetap siap untuk melakukan yang terbaik buat GPS. Terima kasih.
Di GPS-JB aku juga mengenal banyak kadiv yang siap bertaruh untuk hal yang lebih baik. Trini yang selalu On Fire walaupun sempat down untuk beberapa saat. mas hud yang sibuk di DPM namun tetap amanah. mbak Reni yang awalnya hilang namun begitu tegas dan disiplin. Faishal yang terus bekerja dalam diam namun sarat manfaat. Ulim yang terus bersemangat walaupun terkadang mengeluh. Amir sang logstran yang keren banget kerjanya. Asep dan latifah yang terus berkolaborasi hingga banyak terobosan baru tercipta di GPS-JB. Fuad yang hebat banget di 3D sampai ia bisa berfikir hingga ke detail-detailnya. Lilis yang juga di balik layar namun tetap sigap dan tepat waktu. Ansori yang udah pas banget untuk mengatur banyak peserta. Terima kasih banyak untuk kalian semua, juga buat anggota divisi yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Forum SC juga begitu, hebat banget pokoknya beliau-beliau ini. mahasiswa tingkat akhir yang harusnya sibuk dengan skripsi namun tetap menyempatkan diri untuk mengurusi kegiatan ini. Mbak Irma yang selalu memaksaku untuk tetap senyum, yang selalu banyak mengeluarkan terobosan baru. Mbak Faiz yang tetap kritis hingga ke detail-detailnya, namun tetap menyemangati. Mbak Rosi yang tegas abis, namun akhirnya itu demi kebaikan kita juga. Kak Ruli yang tetap ada untuk teman-teman BPH. Mas Eko yang juga sigap, namun tetap bijaksana. Mas Rohmad dan Mas Firman yang diam namun langsung terjun lapang bersama teman-teman panitia. Dan masih ada beberapa SC lainnya yang selalu ada untuk panitia, mbak Hannim, mbak Wati, Kak Nanda, Mas Fitro, mba Idah, Kak Jajang, Mbak Nudzar, dll.
Tidak hanya itu, kakak kelas yang bukan SC juga turut membantu banyak hal, meluangkan waktu, menyumbang ide, dan masih banyak lagi. Kak Salman yang selalu dibutuhkan nasihatnya, Kak Ucok yang tetap ‘ngoyo’ buat GPS-JB, kak Egun, Kak Adi, dan masih banyak lagi dari mereka yang siap untuk mengayomi GPS-JB ini.
Terima kasih, tahniah yang sebesar-besarnya, dan permohonan maaf untuk seluruh anggota CSS IPB apabila terdapat banyak kekurangan di GPS-JB. Semoga ini dapat menjadi pelajaran untuk kita semua.
Subhanallah, hari ini begitu rindu dengan GPS-JB. Semoga sisa-sisa perjuangan ini dapat menjadi kesan untuk GPS-JB tahun berikutnya menjadi lebih baik lagi.

2 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...